India telah menjadi negara asal bagi banyak pemimpin perusahaan teknologi global. Nama-nama seperti Sundar Pichai (CEO Google), Satya Nadella (CEO Microsoft), dan Arvind Krishna (CEO IBM) adalah contoh nyata bagaimana talenta dari India mampu mendominasi industri teknologi dunia. Sementara itu, Indonesia masih dalam tahap mengembangkan ekosistem teknologi yang dapat menghasilkan pemimpin-pemimpin global. Mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut adalah beberapa faktor utama yang membuat India unggul dan apa yang bisa dipelajari oleh Indonesia.
1. Sistem Pendidikan yang Kompetitif
India memiliki institusi pendidikan teknik yang sangat bergengsi seperti Indian Institute of Technology (IIT) dan Indian Institute of Management (IIM). Proses seleksi di IIT sangat ketat dengan tingkat penerimaan sekitar 1% dari jutaan pelamar setiap tahunnya. Hal ini menciptakan lulusan-lulusan yang sangat kompeten di bidang teknologi dan siap bersaing secara global.
Di Indonesia, meskipun kita memiliki universitas ternama seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Gadjah Mada (UGM), sistem pendidikan kita masih memiliki tantangan dalam hal relevansi kurikulum dengan industri global. Banyak perusahaan teknologi di Indonesia mengeluhkan bahwa lulusan lokal masih memerlukan pelatihan tambahan sebelum dapat langsung berkontribusi di dunia kerja.
2. Penguasaan Bahasa Inggris yang Lebih Baik
Bahasa Inggris adalah bahasa utama dalam industri teknologi global. India memiliki lebih dari 125 juta orang yang fasih berbahasa Inggris, menjadikannya sebagai negara dengan jumlah penutur bahasa Inggris terbanyak kedua setelah Amerika Serikat. Hal ini sangat membantu tenaga kerja India dalam bersaing di perusahaan multinasional dan bekerja di luar negeri.
Di Indonesia, penguasaan bahasa Inggris masih menjadi tantangan besar. Banyak talenta berbakat yang kesulitan menembus pasar global karena keterbatasan dalam komunikasi berbahasa Inggris. Oleh karena itu, meningkatkan kemampuan bahasa Inggris, terutama dalam lingkungan akademik dan profesional, harus menjadi prioritas.
3. Mentalitas & Budaya Kerja Keras
India memiliki budaya kerja keras dan ketat dalam dunia akademik serta profesional. Dengan populasi lebih dari 1,4 miliar orang, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan dan pendidikan yang baik sangat tinggi. Oleh karena itu, banyak orang India yang terus meningkatkan keterampilan mereka dengan belajar mandiri, mengikuti kursus online, dan mengambil sertifikasi internasional.
Sementara itu, di Indonesia, budaya kerja keras dan kompetisi akademik belum seketat di India. Banyak mahasiswa yang masih mengandalkan pendidikan formal tanpa menggali keterampilan tambahan yang dibutuhkan di dunia kerja. Ini menjadi tantangan bagi lulusan Indonesia untuk bisa bersaing di level global.
4. Ekosistem Teknologi yang Mendukung
India memiliki Bangalore, yang sering disebut sebagai “Silicon Valley of Asia”. Kota ini menjadi pusat teknologi dan inovasi yang menarik banyak perusahaan teknologi global seperti Google, Microsoft, dan Amazon untuk membuka kantor di sana. Dengan demikian, lulusan dari India memiliki akses langsung ke industri global sejak awal karier mereka.
Indonesia sebenarnya sudah mulai membangun ekosistem teknologi dengan munculnya perusahaan-perusahaan unicorn seperti Gojek, Tokopedia, dan Traveloka. Namun, ekosistem ini masih lebih berfokus pada pasar lokal dan belum menghasilkan banyak talenta yang bisa menembus pasar global. Perlu ada dorongan lebih besar untuk mengembangkan industri teknologi yang berorientasi ekspor, baik dalam bentuk produk maupun sumber daya manusia.
5. Meritokrasi dalam Karier Teknologi
Meskipun India memiliki sistem kasta yang masih berpengaruh dalam aspek sosial, industri teknologi di India lebih bersifat meritokratis. Artinya, siapa pun yang memiliki keterampilan tinggi dan kompetensi yang baik dapat memperoleh posisi penting di perusahaan teknologi, tanpa harus bergantung pada latar belakang sosial mereka.
Di Indonesia, meskipun meritokrasi semakin berkembang, masih ada tantangan terkait kesempatan yang tidak merata dalam akses pendidikan dan pekerjaan berkualitas. Faktor seperti koneksi, nepotisme, dan perbedaan ekonomi masih menjadi hambatan bagi banyak talenta potensial untuk bisa berkembang hingga ke level internasional.
Apa yang Bisa Dilakukan Indonesia?
Untuk bisa mengejar ketertinggalan dan menghasilkan lebih banyak pemimpin teknologi global, Indonesia perlu melakukan beberapa langkah berikut:
✅ Meningkatkan Kualitas Pendidikan
-
Mengadaptasi kurikulum agar lebih relevan dengan kebutuhan industri teknologi.
-
Meningkatkan kerja sama antara universitas dan perusahaan teknologi global.
-
Mendorong lebih banyak program beasiswa dan akses pendidikan bagi talenta berbakat.
✅ Meningkatkan Penguasaan Bahasa Inggris
-
Memasukkan lebih banyak pelajaran berbasis bahasa Inggris dalam pendidikan teknologi.
-
Menyediakan lebih banyak kursus bahasa Inggris khusus untuk dunia kerja dan teknologi.
-
Mendorong budaya komunikasi dalam bahasa Inggris di lingkungan profesional.
✅ Mengembangkan Budaya Belajar & Kompetisi Sehat
-
Menumbuhkan mindset bahwa belajar mandiri itu penting, terutama melalui platform online seperti Coursera, Udemy, dan edX.
-
Mendorong lebih banyak kompetisi teknologi seperti hackathon dan coding challenge.
✅ Membangun Ekosistem Teknologi Global
-
Meningkatkan investasi dalam R&D dan inovasi teknologi.
-
Mendorong lebih banyak startup untuk go international dan tidak hanya fokus pada pasar domestik.
-
Menarik lebih banyak perusahaan teknologi global untuk membuka pusat inovasi di Indonesia.
Kesimpulan
India telah membuktikan bahwa dengan pendidikan yang kompetitif, penguasaan bahasa Inggris, budaya kerja keras, ekosistem teknologi yang kuat, dan sistem yang lebih meritokratis, mereka bisa menghasilkan pemimpin teknologi dunia. Indonesia memiliki potensi besar untuk menyusul, tetapi harus segera melakukan langkah-langkah strategis agar bisa menjadi pusat talenta teknologi di Asia Tenggara dan dunia.
Dengan kerja sama antara pemerintah, institusi pendidikan, dan industri teknologi, Indonesia bisa menghasilkan lebih banyak pemimpin teknologi global di masa depan. Apakah kita siap untuk bersaing di level dunia?
kanalesia.com | Bringing the knowledge you need