KISAH NYATA LABUBU BONEKA IBLIS


Labubu: Boneka yang Menyimpan Cerita

Di sebuah malam yang tenang, Elprana, seorang ayah muda, merasakan ketidaknyamanan yang aneh. Sejak membeli boneka Labubu, hidupnya seolah dipenuhi dengan misteri. Labubu, boneka peri berbulu dengan gigi tajam dan telinga panjang, bukan hanya sekadar mainan. Dengan nuansa merah legam yang menyeramkan, boneka ini memiliki daya tarik yang aneh, yang bahkan mengundang rasa takut pada anaknya.

Awal Mula Keberadaan Labubu

Kisah ini dimulai ketika Elprana mendengar desas-desus tentang Labubu yang sedang viral di Indonesia. Boneka ini, yang awalnya digunakan sebagai gantungan kunci, mendadak menjadi tren di kalangan penggemar K-pop setelah Lisa dari Blackpink terlihat menggunakannya. Permintaan melonjak, dan harga boneka ini meroket tajam. Elprana, yang tidak ingin ketinggalan, memutuskan untuk melakukan riset tentang boneka tersebut.

Setelah menghabiskan malam tanpa tidur, berupaya mencari informasi, dia berhasil mendapatkan Labubu seharga Rp700.000—tiga kali lipat dari harga asli. Perasaan gembira menyelimuti hati Elprana saat dia membayangkan anaknya akan menyukai boneka tersebut. Namun, harapan itu tidak terwujud.

Kekecewaan di Balik Kebahagiaan

Saat membuka kotak Labubu bersama keluarganya, dia menemukan bahwa anaknya sama sekali tidak tertarik dengan boneka tersebut. Elprana teringat bahwa biasanya anaknya sangat menyukai boneka. Namun kali ini, saat melihat Labubu berwarna biru, ekspresi wajahnya menunjukkan ketakutan dan kebingungan. Seolah ada sesuatu yang menghalangi anaknya untuk mendekati boneka itu.

“Kenapa kamu tidak mau megang Labubu?” tanya Elprana, berusaha mencari tahu. Namun, sang anak hanya terdiam dan menatap boneka itu dengan tatapan takut. “Apa dia takut pada warna biru?” pikir Elprana, berusaha untuk tetap berpikir positif.

Malam yang Tidak Terduga

Satu malam setelah kedatangan Labubu, perasaan aneh kembali menghampiri Elprana. Rasa ingin tahunya tentang Labubu semakin membara. Ia merasakan ada sesuatu yang menggelitik dalam pikirannya, seolah ada dorongan untuk membeli satu lagi. “Mungkin kalau aku mendapatkan Labubu yang berwarna pink, anakku akan menyukainya,” bisik hatinya.

Namun, ada satu hal yang mengganggu pikirannya—apakah semua ini hanya efek dari boneka itu? Apakah mungkin Labubu benar-benar memiliki pengaruh yang lebih dari sekadar mainan? Dengan hati-hati, ia membelanjakan uangnya untuk membeli satu Labubu lagi secara sembunyi-sembunyi, berharap kali ini anaknya akan bahagia.

Pertemuan Tak Terduga

Ketika boneka kedua tiba, Elprana merasakan campuran rasa gembira dan cemas. Ia membuka boksnya dan menemukan Labubu berwarna pink, persis seperti yang ia inginkan. Namun, saat ia menunjukkannya pada anaknya, reaksi yang diharapkan kembali tidak sesuai. Anak Elprana menghindar, tidak berani menatap boneka itu.

“Anakku, lihat! Ini Labubu yang baru!” Elprana mencoba bersemangat, tetapi sang anak malah menangis dan menjerit, ketakutan yang membuat hatinya remuk. “Kenapa kamu takut?” tanyanya lagi, bingung.

Sejak saat itu, keraguan mulai menghampiri pikiran Elprana. Apakah Labubu benar-benar hanya boneka biasa? Beberapa orang di sekelilingnya mulai berkomentar bahwa Labubu memiliki nuansa menyeramkan dan terlihat seperti boneka iblis.

Refleksi dan Kesimpulan

Dengan perasaan campur aduk, Elprana merenungkan semua yang terjadi. Dalam upayanya untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya, ia malah terjebak dalam dunia yang tidak terduga. Dapatkah Labubu yang tampaknya lucu di mata beberapa orang, sebenarnya membawa sesuatu yang lebih gelap? Ia ingin berbagi pengalamannya, berharap dapat memberikan peringatan atau setidaknya menjadi sumber refleksi bagi orang lain yang terjebak dalam keinginan untuk mengikuti tren.

Sejak saat itu, Elprana memutuskan untuk menyimpan Labubu di tempat yang aman, menunggu saat yang tepat ketika anaknya mungkin bisa mendekatinya tanpa rasa takut. Ia belajar bahwa tidak semua yang viral itu baik, dan terkadang, ada cerita yang lebih dalam di balik sebuah boneka yang tampak lucu.



Have any Question or Comment?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *