Harga Rumah Makin ‘Gila’: 2025 Mending Sewa atau Beli KPR?


Beli Rumah dengan Gaji Kecil, Apakah Mungkin?

Apakah kamu, seorang Gen Z yang baru bekerja atau bahkan belum bekerja, pernah berpikir tentang membeli rumah yang harganya miliaran, padahal gaji yang kamu terima hanya satu digit? Jawabannya: bisa, tetapi tentu ada banyak pertimbangan yang perlu kamu ketahui.

Studi Kasus: Kaluna, “Cewek Sandwich Generation”

Baru-baru ini, saya menonton sebuah film yang menceritakan kisah seorang perempuan bernama Kaluna. Ia merupakan bagian dari Sandwich Generation—generasi yang berada di tengah-tengah tanggung jawab untuk menafkahi diri sendiri sekaligus membantu keluarga. Meskipun gajinya hanya sekitar 4 juta per bulan (single digit), Kaluna berhasil mengumpulkan uang hingga 330 juta rupiah dan mampu membayar uang muka (DP) untuk membeli rumah.

Namun, keberhasilan Kaluna tidak mudah. Untuk mencapai targetnya, ia harus hidup dengan sangat hemat (frugal living), mulai dari:

  • Tidak membeli kopi kekinian setiap hari.
  • Memasak untuk keluarga setiap hari.
  • Membawa bekal ke kantor.
  • Tidak berlangganan aplikasi premium, sehingga selalu terkena iklan saat menonton di YouTube dan Spotify.
  • Bekerja sampingan setiap akhir pekan.

Meski sudah mengumpulkan cukup uang, Kaluna tetap mengalami berbagai tantangan yang kerap dihadapi oleh kelas menengah ke bawah, yang membuat proses membeli rumah tetap sulit.

Tantangan Beli Rumah bagi Generasi Muda

Jika kamu berada di kelas menengah atau menengah bawah, tantangan untuk membeli rumah semakin berat, terutama di kota-kota besar. Harga rumah terus meningkat, bahkan di beberapa wilayah kenaikannya mencapai 40% dalam setahun.

Menurut sebuah riset dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya, Batam, Makassar, dan Jakarta, untuk membeli rumah, seseorang harus mengumpulkan pendapatan selama kurang lebih 20 tahun. Sebagai contoh, jika rata-rata gaji seseorang adalah 5-6 juta rupiah per bulan, maka ia harus mengumpulkan sekitar 1,2 miliar rupiah (20 kali lipat dari pendapatan tahunannya) untuk bisa membeli rumah.

Namun, tantangan itu belum termasuk kebutuhan sehari-hari seperti makan, biaya pernikahan, biaya membantu orang tua (bagi Sandwich Generation), serta kebutuhan lain seperti membeli kendaraan.

Mengapa Harga Rumah Mahal?

  1. Pertumbuhan Populasi Dengan populasi yang semakin meningkat, permintaan rumah di kota-kota besar pun bertambah. Sementara lahan yang tersedia tetap terbatas, menyebabkan harga properti semakin melonjak.

  2. Inflasi Meskipun lima bulan terakhir menunjukkan tren deflasi di beberapa sektor, harga rumah tetap mengalami kenaikan. Harga bahan bangunan pun terus naik, sehingga otomatis meningkatkan biaya pembangunan properti.

  3. Perkembangan Infrastruktur Infrastruktur yang semakin berkembang seperti proyek MRT, LRT, dan jalan tol baru juga turut membuat harga properti di sekitarnya meningkat. Wilayah yang sebelumnya dianggap kurang strategis, kini berubah menjadi incaran karena aksesibilitas yang lebih baik.

  4. Rumah Sebagai Aset Investasi Rumah tidak hanya dibeli untuk ditinggali, tetapi juga sebagai investasi. Generasi yang lebih tua (seperti Boomers) dan orang kaya membeli rumah untuk disewakan atau dijadikan aset jangka panjang, membuat harga semakin sulit dijangkau oleh masyarakat umum.

Sewa atau Beli Rumah?

Pertanyaan besar berikutnya adalah: Lebih baik sewa atau beli rumah?

Membeli Rumah

Membeli rumah memiliki tantangan besar, terutama karena harga rumah yang tinggi. Selain itu, ada banyak biaya tambahan yang seringkali luput dari perhitungan awal, seperti:

  • Biaya akad: 7-10% dari harga rumah.
  • Biaya bunga KPR: Bagi yang mengambil kredit rumah.
  • Biaya PPH: 2,5%, meskipun biasanya ini ditanggung oleh penjual, ada kalanya dibebankan kepada pembeli.
  • Biaya asuransi.
  • Biaya balik nama: Bisa mencapai 2% dari harga rumah.
  • Biaya pengecekan sertifikat.
  • PPN (Pajak Pertambahan Nilai): 10%.
  • BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan): 5%.

Selain biaya-biaya tersebut, kamu juga harus siap membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta biaya maintenance atau pemeliharaan rumah setelah membelinya.

Namun, di sisi lain, membeli rumah memberikan stabilitas jangka panjang dan kepemilikan aset yang nilainya cenderung terus naik.

Menyewa Rumah

Menyewa rumah memiliki kelebihan dalam hal fleksibilitas. Kamu tidak perlu memikirkan biaya-biaya tambahan seperti saat membeli rumah, dan biaya sewa seringkali lebih rendah dibandingkan cicilan KPR. Namun, kekurangannya adalah kamu tidak memiliki aset dalam jangka panjang, dan kamu tetap harus siap menghadapi kenaikan harga sewa dari waktu ke waktu.

Kesimpulan

Membeli rumah dengan gaji kecil memang sulit, tapi bukan tidak mungkin. Kunci utamanya adalah perencanaan keuangan yang matang dan pengelolaan gaya hidup yang bijak. Jika memilih untuk membeli rumah, pastikan kamu siap dengan berbagai biaya tambahan di luar harga rumah itu sendiri. Sebaliknya, jika memilih untuk menyewa, fleksibilitas menjadi keuntungan utama, namun kamu perlu mempertimbangkan apakah sewa atau beli akan lebih menguntungkan dalam jangka panjang.

Have any Question or Comment?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *