BANTENGAN – TRADISI DAN PANDEMI – CULTURE


Kesenian Bantengan memang memiliki sejarah yang panjang dan kaya, terutama di Malang Raya. Berikut adalah beberapa poin penting dari narasi tentang Bantengan:

  1. Asal Usul: Bantengan sudah ada di Malang Raya sejak zaman Kerajaan Kanjuruhan dan Singosari. Namun, menurut pandangan pribadi, Bantengan lebih kuat kaitannya dengan masa Kerajaan Kanjuruhan. Simbol banteng sendiri mewakili kesederhanaan dan rakyat, berbeda dengan kesenian lain dan mencerminkan budaya Jawa yang sebenarnya.

  2. Makna dan Tujuan: Bantengan awalnya dibuat oleh seorang tokoh dengan tujuan sederhana untuk mengumpulkan pemuda dan mengajarkan Ilmu Kanuragan. Kesenian ini ternyata berkembang pesat dan berfungsi sebagai sarana untuk melibatkan komunitas.

  3. Perkembangan dan Pelestarian: Setelah mengalami masa-masa sulit dan hampir punah sebelum 2008, Bantengan berhasil dihidupkan kembali melalui upaya pelestarian. Festival Bantengan Nuswantara, yang dimulai pada tahun 2008, berkontribusi besar pada kebangkitan kesenian ini.

  4. Ciri Khas dan Partisipasi Komunitas: Bantengan melibatkan masyarakat dari berbagai lapisan, terutama dari ekonomi lemah dan petani. Kesenian ini dikenal dengan sifatnya yang tidak berfokus pada uang dan lebih pada ekspresi dan gotong-royong.

  5. Tantangan Kontemporer: Pandemi COVID-19 menyebabkan kesulitan dalam melaksanakan pertunjukan Bantengan, termasuk festival tahunan, yang mempengaruhi keberlangsungan kesenian ini dan menyebabkan kekhawatiran di kalangan komunitas.

  6. Pesan dan Harapan: Ada dorongan kuat untuk melestarikan budaya Nuswantara tanpa pamrih dan dengan penuh keikhlasan. Pesan utamanya adalah pentingnya menghargai dan menjaga budaya tradisional agar tidak punah.

Ini adalah upaya yang sangat berharga untuk menjaga kekayaan budaya Indonesia.

Untuk lebih jelas , simak video berikut

 

Have any Question or Comment?

Leave a Reply