Gila harta berujung bencana – Kompilasi #HORORMISTERI


Bab 1: Desa Suka Makmur dan Pak Soko


Di Desa Suka Makmur, Pak Soko adalah sosok yang sangat dihormati dan ditakuti. Ia bukan hanya kepala desa, melainkan juga juragan sawah terbesar di desa tersebut. Dari segi ekonomi, Pak Soko bisa dibilang sangat berhasil, namun di balik kekayaannya, Pak Soko dikenal serakah dan tidak adil terhadap para buruh yang bekerja di sawahnya. Mereka seringkali dibayar dengan upah yang sangat rendah, bahkan terkadang ditipu untuk bekerja lebih lama dari yang seharusnya. Namun, mereka tak berani melawan karena Pak Soko memiliki banyak pengawal dan tukang pukul yang menjaga kekuasaannya.

Suatu hari, di sebuah warung kopi di pinggir sawah, para buruh berkumpul untuk berbicara tentang perilaku Pak Soko. “Kalau kita terus begini, kita nggak akan pernah bisa hidup sejahtera,” ujar Joko, salah satu buruh yang terkenal lantang bicara. “Dia terus meraup keuntungan sementara kita hanya diberi remah-remahnya.”

Meskipun keluhan mereka terus mengalir, tak ada yang berani menantang Pak Soko secara terbuka. Para warga desa sudah terbiasa dengan cara Pak Soko memimpin. Mereka hidup dalam bayang-bayang kekuasaannya, takut untuk mengambil risiko.

Bab 2: Hutan Keramat dan Ambisi Pak Soko


Desa Suka Makmur dikelilingi oleh hutan-hutan yang subur. Salah satu hutan yang paling terkenal adalah Hutan Keramat, yang dianggap suci oleh masyarakat desa. Menurut mitos, hutan ini dihuni oleh para siluman tikus, makhluk gaib yang sangat berbahaya bagi siapa saja yang berani mengganggu hutan tersebut. Ada kisah yang diwariskan dari generasi ke generasi tentang leluhur desa yang membuat perjanjian dengan penghuni hutan. Selama hutan dibiarkan tenang, mereka tidak akan mengganggu desa.

Pak Soko, dengan ambisinya yang besar, mulai memandang hutan ini sebagai kesempatan baru. “Jika kita tebang pohon-pohon di sana, kita bisa membuka lebih banyak sawah. Lahan pertanian baru ini akan menghasilkan lebih banyak padi, dan aku bisa menambah kekayaanku,” pikirnya. Dia tidak percaya pada tahayul dan menganggap cerita tentang siluman tikus hanyalah dongeng yang dibuat untuk menakut-nakuti orang.

Tanpa memedulikan kepercayaan warga desa, Pak Soko menghubungi sebuah perusahaan penebangan hutan. Mereka mulai menyiapkan alat berat untuk membuka jalan masuk ke dalam hutan.

Bab 3: Gangguan Misterius


Hari pertama penebangan dimulai dengan penuh percaya diri. Namun, hal-hal aneh segera terjadi. Alat-alat berat yang digunakan tiba-tiba rusak tanpa alasan jelas. Mesin-mesin berhenti bekerja meskipun teknisi mengatakan tidak ada masalah. Para pekerja mulai mengeluh bahwa mereka melihat sosok-sosok tikus besar di pinggiran hutan. Beberapa dari mereka mengalami mimpi buruk yang mengerikan setiap kali beristirahat di dekat hutan.

Malam itu, seorang pekerja berlari panik ke arah tenda tempat Pak Soko berada. “Pak, kita harus berhenti! Hutan ini tidak biasa. Ada yang menjaga tempat ini,” teriaknya dengan wajah pucat pasi. Namun, Pak Soko hanya tertawa mendengar cerita itu. “Kalian ini penakut. Tikus? Ini hanya hutan biasa. Besok pagi kita lanjutkan pekerjaan,” jawabnya dengan sinis.

Namun, malam itu juga, hutan seolah berbisik. Angin yang berhembus membawa suara-suara aneh, seperti bisikan ribuan tikus. Beberapa warga desa yang tinggal dekat hutan mulai merasakan kegelisahan. Mereka tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Bab 4: Pertemuan dengan Nini


Di tengah keresahan itu, muncul sosok misterius bernama Nini. Nini adalah seorang wanita tua yang dikenal sebagai penjaga hutan dan hidup sendirian di tengah belantara. Suatu malam, ia mendatangi rumah Pak Soko. “Aku datang untuk memberimu peringatan, Soko. Hutan ini tidak boleh diganggu. Perjanjian leluhur harus dihormati. Kalau kau melanjutkan niatmu, kau akan menanggung akibatnya.”

Pak Soko tidak terkesan. “Perjanjian apa? Aku tidak percaya hal-hal seperti itu. Aku akan menebang hutan ini dan menjadikannya sawah. Tidak ada yang bisa menghentikanku,” ujarnya dengan keras kepala.

Nini hanya tersenyum tipis. “Kau akan melihat sendiri apa yang terjadi, Soko. Waktu akan membuktikan segalanya.”

Bab 5: Kiamat Hutan Keramat


Pekerjaan penebangan dilanjutkan. Para pekerja, meski takut, tidak berani melawan perintah Pak Soko. Namun, semakin dalam mereka masuk ke hutan, semakin banyak kejadian ganjil yang terjadi. Hingga pada suatu titik, alat berat terhenti total dan para pekerja mendadak diserang oleh kawanan tikus yang ukurannya jauh lebih besar dari tikus biasa. Serangan itu begitu tiba-tiba dan ganas hingga banyak pekerja yang terluka.

Pak Soko, yang terkejut dengan kejadian itu, berusaha melarikan diri, tetapi ia dikepung oleh makhluk-makhluk itu. Dalam kepanikan, ia terjatuh dan tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari dalam tanah. Tanah di bawah Pak Soko terbelah, dan ia ditelan oleh bumi. Hanya tersisa suara-suara tikus yang mengerikan dan hutan yang kembali sunyi.

Bab 6: Karma Pak Soko


Setelah kejadian itu, desa kembali tenang. Namun, Pak Soko tidak pernah terlihat lagi. Beberapa warga percaya bahwa ia telah dibawa oleh para siluman tikus untuk diadili atas keserakahannya. Kehilangannya membuat desa mulai kembali damai. Warga desa akhirnya terbebas dari kekuasaan Pak Soko yang menindas, dan hutan keramat kembali menjadi tempat yang dihormati.

Sementara itu, di dalam hutan, Pak Soko terjebak di dunia gaib. Jiwanya tidak bisa kembali, dan ia dihukum untuk hidup dalam kesadaran kosong, tidak bisa mengingat siapa dirinya atau apa yang telah dilakukannya.

Cerita ini mengajarkan bahwa keserakahan dan ketidakpedulian terhadap alam dan kepercayaan leluhur akan membawa kehancuran. Pak Soko, yang terlalu sombong dan serakah, akhirnya harus membayar mahal atas keputusannya yang merusak keseimbangan alam.



Have any Question or Comment?

Leave a Reply